UPACARA ADAT
PEMANGGILAN PENYU
MERUPAKAN KONSEP BUDAYA MASYARAKAT
ADAT SUKU ABUN
Oleh, Juzak. J.. Sundoy,SH
Budaya merupakan
suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, keilmuan, hukum adat-istiadat,
dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang dimiliki oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Masyarakat yang
berkembang secara culture akan berubah dengan daya dan aktivitasnya dalam mengelola dan mengubah alam sesuai dengan
tingkah laku, sistem gagasan, norma dan
aturan yang lahir sesuai karya, rasa dan daya cipta menurut lingkungannya, maka
aspek kehidupan baik material maupun non material sebab perkembangan akan
dimulai dari kesederhanaan menuju masa yang lebih baik.
Kita
akan tahu.kalau adat mampu melakukan
sesuatu yang mengejutkan..........................
Kawasan pesisir Jen
Womom pantai wembrak, warmamedi dan warmon merupakan tempat yang paling
penting untuk satwa langka penyu
belimbing tetapi juga bagi jenis penyu-penyu lainnya. Kawasan ini merupakan
tempat keramat bagi masyarakat adat suku abun sejak ratusan tahun yang lalu,
bahkan penyu belimbing mempunyai mitos tersendiri dalam sejarah hidupnya di
kawasan ini.
Banyak hal yang
sulit untuk kita mengerti tentang masyarakat yang memiliki kawasan ini, sebab
sebelumnya secara adat ada banyak perjanjian-perjanjian yang dilakukan secara
adat dan mengikat secara aat. Untuk itu selama ini dalam pengelolaan yang
dilakukan oleh WWF maupun UNIPA sering mendapatkan berbagai masalah dari
masyarakat bahkan konflikpun terjadi sampai saat ini, dan itu yang menyebabkan kondisi
masyarakat selalu diam dan tertutup. Persoalan ini sebenarnya tidak tetapi bukan berarti masyarakat diam dan menutup
telinga terhadap berbagai rencana yang mau dilakukan oleh pemerintah untuk
mengelola kawasan jamusba medi dan warmon.
BANYAK orang belum
kenal kalau di pesisir utara kabupaten
Tambrauw provinsi papua barat khususnya
wilayah utara kepala burung pulau papua yang terletak di sepanjang pesisir pantai
disana ada pasir yang putih yang
terlintas jauh terpandang dengan panjang
sekitar 7 km. Tempat sering di sebut kawasan esensial jamusba medi dan pantai
warmon merupakan tempat yang paling penting bagi seekor penyu yang berukuran
besar dengan panjang 1,80 cm dan lebar 1,27 cm dengan berat sekitar 700 kg,
punggungnya berbentuk seperti buah belimbing, maka disebut penyu belimbing.
Untuk mengetahui
kenapa penyu belimbing ada di pantai
jamusba medi dan pantai warmon
adda cerita menarik dari masyarakat Adat yang di yakini memiliki kesakralan dan
akan menjadi sebuah acuan yang membantu
menyungguhkan bagaimana keberadaan alam nya? mengapa penyu terus
berkurang ? apa yang menajdi masalah utama? Kenapa masalah ini bisa terjadi?
Dan bagaimana memanggil mereka untuk kembali!? Mari kita ikutibersama prosesi
Adat yang akan oleh masyarakat Adat sesuai kearifan adat melalui lembaran
komitmen yang di meteraikan dalam mitos batu rumah dan penyu belimbing.
Ikuti cerita penyu belimbing dan batu rumah yang terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dan
di yakini masyarakat adat bahwa mitos ini adalah fakta dengan bukti bahwa
cerita ini abadi dan kini menjadi sebuah batu yaitu batu rumah dan batu penyu
yang masih terbaring disana (pantai jamusba
medi)...................................................................
Sejarah batu rumah
dan penyu belimbing
Sejak dahulu kala
penyu belimbing sudah menyatuh dengan
alam dan manusia yang ada disekitarnya(
menyatuh secara Adat). Sebuah mitos (ceritera rakyat) yang sudah
membuktikan bahwa penyu belimbing sudah dinobatkan sebagai istri dari sebuah
batu yang berbentuk rumah yang ada di kawasan peneluran penyu belimbing. Cerita mitos ini awal mulanya
berasa dari sungai Aswok/Ajer
diatas gunung Tokir Kampung Rufmot/Wewetmuk Distrik Miyah, sebelumnya batu
rumah (Jokja) tinggal bersama kakak
kandungnya Waisikek dan kemudian mereka bertengkar dan waisikek kakaknya
mengusir batu rumah untuk segera pergi dari gunung tokir dan mencari tikar
merah perempuan yessa di pantai (pasir jemusba medi), batu rumah pergi dari
gunung tokir dengan membawa semua
perlengkapan yaitu buah merah, daun gatal, tongkat, sagu, daun lebar, batu
gosok, empat ekor anjing, dan anak panah kemudian batu rumah berangkat
meninggalkan gunung Tokir bersama anak perempuannya dan pengawal-pengawalnya (4
ekor anjing). Didalam perjalanan yanh jauh dan panjang itu batu rumah
meninggalkan banyak kesan yaitu semua perlengkapan yang di harus membayar
tempat-tempat dimana di istirahat, bahkan merelakan anaknya kawin dengan batu
baurat (jokjar) dan itu merupakan tuntutan adat yang wajib di lakukan untuk
menebus perjalanan dan akhirnya tiba di pantai sesuai perjajnjian
kakaknya. Setelah tiba di pantai dan
menemukan tikar merah perempuan yessa disitulah batu rumah menetap dengan 4
ekor anjingnya hingga sekarang.
Setelah menetap di pantai disinilah awal
perjumpaan antara penyu dan batu rumah. awalnya penyu belimbing yang juga
datang ke tikar merah perempuan yessa adalah untuk bertelur dan batu rumah dan dala perjumpaan itu maka batu
dan penyu menjalin hubungan persahabatan dan saling menghormati. Penyu menyebut
batu rumah sebagai dewa pantai dan batu rumah menyebut penyu sebagai dewa laut.
Persahabatan itu semakin diperkuat
dengan pernyataan atau komitmen yaitu bahwa batu rumah akan menjadi penjaga
sarang dan telur yang di tinggalkan penyu hingga menetas dan akan di kembalikan
ke laut. Kesepakatan ini sebagai sebab sehingga penyu tidak pernah datang
menegok sarang dan telurnya sebab batu rumah sudah berjanji untuk merawat
sarang dan telurnya hingga menetas. Lewat beberapa musim kemudian sarang penyu
dan telurnya di makan oleh anjing
penajga batu rumah, dan akhir menodai perjanjian menyebab terjadi
pertengkaran dan penyu tidak mau kembali bertemu dengan batu rumah dan pergi ke
warmon menitip telurnyadi warmon sambil menunggu tuntutan adat yang dilakukan
oleh penyu kepada batu urmah atas kerusakan sarang dan telur yang dimakan oleh
penjaganya. Kemudian batu rumah segera menyampaikan masalah ini kepada kakaknya
Waisikek bahwa ada terjadi pertengkaran dengan sahabatnya dewa laut akibat
penjaganya telah menodai perjanjian mereka, maka batu rumah dituntut untuk membayar adat. Dan kakanya bersedia membantu
proses pembayaran adat dan prosesi itu dilakukan melalui sebuah upacara adat perdamaian menjalini persahabatan mereka untuk kembali
barsatu melalui perjanjian yang erat yaitu kakanya Waisikek melakukan
pembayaran adat sekaligus mengigat persahabat melalui permintaan perkawinan
maka kakanya meminang penyu agar segera kawin dengan batu rumah untuk mengikat
perjanjian bahwa batu rumah harus setia
memlihara dan menjaga sarang dan telur penyu ningga menetas dan kembali bertemu
dengan ibunya di laut bebas. Disisnilah perjanjian ini dijaga oleh adat hingga
sekarang. Perjanjian ini yang menjadi dasar untuk memanggil penyu sesuai dengan
budaya dan adat. Proses perkawinan batu rumah dan penyu diaksanakan dalam
bentuk upacara adat yang unik dan sakral akhirnya kKny Waisikek berhasil
mengawinkan batu rumah dengan penyu belimbing dan keduanya menjadi satu, terus
ada dan menetap di pantai pasir jamusba
medi. Melalui peristiwa ini dan proses
yang sudah dilakukan maka ini dipelihara secara adat oleh masyarakat turun
temurun hingga sekarang.
Setelah perkembangan dan berbagai
aktifitas akhirnya penyu belimbing saat ini sudah semakin berkurang maka dengan
pengalaman ceritera diatas masyarakat adat menyikapinya dengan serius dan harus
melakukan upacara adat sebagaimana yang dilakukan oleh batu rumah. Prosesi ini
dilakukan dengan beberapa tahap dan dilakukan sesuai dengan tata aturan adat melalui
tokoh-tokoh yang berlatar belakang pengetahuan adat. Hal ini diyakini oleh
masyarakat bahwa apa yang dilakukan sejak dahulu walaupun sekarang dianggap
mitos namun masyarakat mengatakan bahwa itu adalah sebuah mitos yang bernyawa,
maka saat ini perlu dilakukan upacara adat pemanggilan penyu (melakukan denda
adat) atas segala pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan selama ini dan
diyakini bahwa penyu akan kembali melakukan aktifitas, sebab komitmen ini di
buktikan dengan batu rumah yang masih ada dan batu penyu yang juga masih ada.
Prosesi
upacara adat
secara lokal masyarakat adat memiliki kearifan dalam hal
melakukan pemanggilan dengan dasar memiliki pendidikan adat yang kuat. Upacara
adat ini tidak dilakukan begitu saja tetapi harus melalui beberapa proses,
yaitu masyarakat harus melakukan musyawarah untuk menetukan topik dan
tokoh-tokoh adat yang terlibat, menetukan lokasi yang akan dilakukan upacara
adat, siapa-siapa saja yang akan dilibatkan, berapa lama melakukan persiapan,
dan apa saja yang harus dipersiapkan untuk upacara adat.
Secara adat masyarakat sudah sangat memahami proses ini,
namun perlu ada kesepakatan dalam persiapan sampai pada palaksanaan dan harus
membuktikan bahwa upacara adat ini akan memberi solusi untuk penyu kembali
seperti dahulu dan mengalami pemulihan diri atas segala kesalahan yang sudah
terjadi.
Masyarakat percaya sungguh atas aksi adat pemanggilan
karena hal ini sudah sering di lakukan oleh masyarakat, misalnya ada pesta adat
masyarakat wajib makan penyu sebagai ungkapan syukur atas sesuatu yang di
peroleh atau keberhasilan yang di capai oleh seseorang atau untuk perkawinan.
Dalam kacamata ilmiah perlu kajian dan analisis, tetapi
sera adat masyarakat percaya bahwa ilmiah tidak bisa membukti hal-hal tertentu
sebab itu bersifat analisis tetapi adat melihat itu atas situasi alam yang
memperrat kebersamaan dan akan terjalin baik sebab itu alam yang sudah di
miliki sejak saman purba kala, zaman primitif hingga saman moderen tetapi
kearifan ini masih melekat dan akan terus melekat dan akan berakhir bersama
akhir bumi.
Rencana
kegiatan
Setelah kawasan jamusba medi dikembalikan kepada masyarakat
maka saat ini masyarakat bertanggungjawab untuk memulihkan semua pelanggaran
dan kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Dari kacamata adat melihat aktifitas
yang terlalu melampau keberadaan alam dan alam menjadi jenuh karena alam dan
satwa ini sangat menyatuh dalam menjalin kehidupan, oleh sebab itu keterikatan
ini perlu di satukan kembali sehingga mereka merasa menyatuh. Saat ini ada
terjadi semacam keretakan antara satwa dan alam, sementara manusia hanya
mengejar kebutuhan tanpa menghormati keberadaan alam. Adat memandang bahwa
proses ini yang perlu kita pulihkan bersama agar tidak terjadi semacam
kebencian. Alam akan merasa bosan ketika kita mengejar kebutuhan kita dati alam
tetapi kita tidak memelihata, merawat dan menjaganya dengan baik maka alam akan
menolak segala rencana, dan sebaliknya ketika kita menjalin hubungan ini
menjadi baik maka alam merasa kedamaian untuk menjalin hubungan baik serta
semua yang hidup di alam akan merasakan
kedamaian itu.
Masyarakat adat saat ini merasakan hal tersebut. Untuk itu
mari kita semua dengan berjiwa besar, dan rasa bersalah yang besar atas
perbuatan kita yang tidak menyenangkan. Penyampaian permohonan maaf dan
menjalin hubungan kerjasama yang baik saling menasehati dan saling mengingatkan
jia ada sesuatu yang salah. Kita tidak bisa mengatakan bahwa ilmu pengetahauan
(proses ilmiah itu yang benar) sementara kita tidak menyadari bahwa ada ilmu
lokal memiliki kekuatan dalam memahami keberadaan alam. Untuk itu kedua
pengetahuan ini tidak bisa terpisah tetapi harus dipadukan antara ilmu kampung
dan ilmu kampus untuk bekerja sama melakukan dan melindungi penyu dari segala
siksaan.
Kalaupun selama ini ada berbagai pandangan, tanggapan, dan
bahkan issu-issu yang terus berkembang dan mempengaruhi berbagai kalangan yang
mempersoalkan keberadaan penyu belimbing yang semakin punah. Saat ini kita
tidak bisa salaing menuduh tetapi kita harus bersatu dan bertanggungjawab untuk
mengembalikan semua kepemilikan alam sebagai yang anut oleh adat, dan kita
percaya bahwa adat akan membatu kita untuk mendapatkan solusi, dengan dukungan
moral kita memberikan apresiasi kepada masyarakat sebab ide, saran dan
tanggapan yang datang dari masyarakat Adat dan kemampuan melalui kearifan lokal
yang akan membuktikan bahwa penyu belimbing tidak akan pernah punah atau hilang
sebab secara lokal ada hubungan batin yang sudah terjalin sejak dahulu kala
oleh nenek moyang, dan bukti ini diabadikan melalui sebuah batu yang berbentuk
rumah yang ada di kawasan peneluran penyu belimbing (jamusba medi) dan batu
penyu yang juga masih terpampang di sana. Dan bukti ini akan di ungkapkan
melalui sebuah upacara Adat pemanggilan penyu.
No comments:
Post a Comment