Kilas balik
Pekabaran Injil di Meos Su
Masyarakat
suku Byak mendarat di meos su (pulau dua) sejak tahun 1600 namun saat itu belum
menjalin hubungan sosial dengan masyarakat suku Abun adalah suku pribumi yang
memiliki daratan tanah besar dengan sistem kepercayaan kesukuan serta menyembah
berhala. Sejak saat itu suku byak dan suku Abun belum menjalin hubungan baik,
bahkan mereka sering melakukan peperangan atau perang suku. Peristiwa ini
menyebabkan banyak korban jiwa antara kedua suku, dan semua orang yang korban
dalam peperangan tersebut baik itu dari suku byak maupun suku abun belum ada
penyelesaiaan hingga saat ini. Peristiwa-peristiwa ini bukan kebetulan dan juga
bukan suatu rencana tetapi semua yang terjadi saat itu adalah atas dasar
rencana Tuhan Allah dalam penyelamatan. Ini adalah suatu bukti nyata yang
terjadi dan pristiwa ini berlangsung Selama 4 abad suku byak mendiami pesisir
pantai Tambrauw dan berdomisili di meos su. Melalui peristiwa ini dan saat itu kekuasaan
sultan tidore dengan sistem pemerintahannya maka kekuatan banyak orang byak
menjadi piliha sultan untuk memilih orang byak dan diangkat sebagai pemimpin wilayah
tertentu. Dalam kepemimpinan sultan tidore. Kebersamaan suku byak dan suku Abun
belum terjalin baik masih berlangsung prang antars uku, hal ini juga karena di
pengaruhi oleh sultan untuk kepentingan kekuasaan dan berbagai kepentingan
terutama sistem dagang dan kekuasaan pemeritahan sultan tidore. Untuk menjalin
hubungan kebersamaan orang byak dan orang Abun orang byak yang sering
mengunakan berbagai akal untuk bertemu dengan orang abun, hal ini dilakukan
karena faktor makanan. Orang byak menukarkan piring, parang, tumbak, ikan, kain
ataupun pakaian bahkan manusia pun dijadikan sarana sebagai imbalan untuk
mendapat makanan ataupun barang lain seperti burung cenderawasih, damar dan
lain sebagainya, semua yang dilakukan ini juga sebagai bahan untuk membayar
pajak kepada sultan. Pertemuan ini lama-kelamamaan terjalin baik
tetapi mereka tidak bisa tinggal bersama karena saling kawatir sebab peristiwa
pembunuhan masih terus terjadi. kemudian terjalin melalui pekerjaan dan kuasa
injil dan rencana Tuhan yang sungguh indah. Melalui rencanaTuhan kemudian suku
byak menjadi pilihan Tuhan dalam penebusan dan petunjuk terus terus terjadi
maka melalui perjalanan orang Byak yang yang sudah menetap di meos su menjadi
pilihan Tuhan maka dengan segala rencana Tuhan dengan memilih pemimpin (mambri)
Mayor Bin (bapak Armand Mirino) sebagai pahlawan dalam sejarah ini. Saat itu dengan
kekuasaan yang dipimpin oleh Sulta Tidore, maka tepatnya pada tgl, 5 Agustus
1912 mayor bin selaku tokoh saat itu merencakan perjalaan untuk membawa
persembahan pajak ke raja ampat yang di sumbangkan kepada Sultan Tidore.
Perjalanan ini menjadi awal perencaan untuk bertemu dengan Guru Yunas Nendisa di
samate. Hasil pertemuan itu kemudian mayor bin dan rombongannya berhasil
bertemu dengan bpk. Yonas Nendissa dan mengajak untuk ikut bersama menuju ke
Meos Su.dalam perjalan yang melelahkan perahu terus diarahkan menuju meos su
dengan jarak tempuh ssiang dan malam atau berhari-hari dalam perjalanan. Tepatnya
hari sabtu mereka mendarat di tanjung sapormanggaenau dengan nyanyian wor dou
yerisam atau nyanyian pujian dengan menggunakan bahasa byak sambil
mempersiapkan segala sesuatu untuk menuju perandatan di meos su pada hari
minggu dini hari tepatnya tgl, 12 Agustus 1912 (jam 5 pagi) dengan menggunakan perahu
“MANSWAN” (pelaut unggul) mendarat di meos su mnu Eba (kampung besar) dan
melakukan Ibadah pertama pada jam 7 pag dengan thema dasar “Roma 1 : 16-17”.
Mulai dari awal inilah Injil kristus terjadi sebagai pelita pertama yang
menerangi meos su. Bapak Yonas Nendisa melakukan pelayanandi meos su kurang
lebih 9 tahun dan kemudian di pindahkan ke pulau numfor numfor dan diganti oleh
Petrus Kafiar pada tahun 1921, tiga tahun kemudian ptrus kafiar diganti oleh
Philipus Watilele yang kemudian menyiapkan bakal Jemaat Imanuel Meos su dan
menyiapkan sakramen dan Baptisan Kudus yang pertama oleh Pendeta, Yohanes Van Hassel
dan Pendeta Yens. Pemuda/pemudi yang di Baptis pertama adalah, Christian Yewen,
Korinus Mirino, Kornelia Mayor, Keterina Mirino, Pada tahun 1926 philipus
Watilele diganti oleh Guru Yunus Pupella (I) dan diganti oleh Guru Demianus
Tumasela pada tahun 1929 dan diganti oleh Guru Hendrik Sohilait dengan
membangun Gereja Permanen di Meos su pada tahun 1934 dan di resmikan oleh
Pendeta F.C. Kamma. Guru Hendrik Sohiloit dig anti oleh Guru Yesaya Pupella
(II) pada tahun1935. Terbentuk Badan Pelayanan Pekabaran Injil (BPPI) El Tuto
pada tgl 5 Februari 1935 yang berkedudukan di Meos su dengan struktur
organisasi : Ketua, Armant Mirino, sekretaris, Gr. Yesaya Pupella, Bendahara,
Selfianus Mambrasar, dengan bantuan guru-guru Penginjil serta tenaga relawan
dari sekolah rakyat kelas II dan III sebagai perintis. .Para pelaku dan
Perintis Pekabaran Injil (PI) adalah, Pos PI di Kwoor, Gr. Demianus Rumbiak,
Pos PI di Hopmarie, Gr. Marthen Rumbino, Pos PI di Warmon, Gr. Rafel Prawar,
Pos PI di Yensawai, Hein Padwa, Pos PI di Warkori, Tonchy Mayor, Pos PI di
Waubem/Wefari Frans Yappen, Pos PI di Drefi, Fredek Mayor, Pos PI di Serpele,
Yan Yappen. Yayasan El Tuto tidak berjalan akibat perang dunia ke dua pada
tahun 1942 dan terbentuk kembali pada tahun 1947, setelah masyarakat biak
membuka kampung di wowey dan werur, maka jemaat Imanuel Meos Su pindah di Werur
dan membentuk Jemaat Maranatha di Wowey, dan badan Pekabaran Injil El Tuto
dengan struktur, Ketua Bastian Paraibabo, Sekretaris, Gr. Infandi dan
Bendahara, Kundrat Mayor, dengan Pos PI Wowey dan Rumbetsu Gr. Robert Mayor,
Pos PI Tobou, Alex Yappen, Pos PI Warmon Tidorus Mayor, Pos PI Saubeba, Ismael
Mirino, Pos PI Bamus, Bernard Rumansara/Yesyak, Kosmus Mambrasar, Yustus
Yekwam, Pos PI Fef, Marthen Warsa, Pos PI Syuel, Yustus Yekwam, Pos PI Banfot,
Kundrat Mayor, Kosmus Mambrasar, dan salah satu buah dari yayasan El Tuto
adalah Alm. Pendeta Ruben Yesnath. Dalam perjalanan pekabaran injil yang
dimulai dari meos su dengan pesannya yang disampaikan oleh para misionaris
dengan ungkapan bahwa “ Injil Tuhan yang bermulai dari meos su harus dikabarkan
sampai ke seluruh pegunungan tambrauw” pesan ini kemudian dilanjutkan hingga
sekarang,namun berbagai gejolak dan konflik bahkan pembunuh terus merajalela
baik kepada suku Byak maupun suku Abun sehingga kedua suku ini adalah orang
pertama yang membawa dan menerima injil kemudian melakukannya, namun perjalan
ini dipenuhi dengan noda dan dosa yang terjadi di masa lalu sekarang membendung
segala rencana, maksud dan tujuan, untuk itu melalui kuasa dan karya Yesus
melalui penderitaanNya di kayu salib dan darah kristus telah dikorbankan maka
saat ini kita dituntut untuk datang membawa segala beban dosa masa lalu, dosa
nenek moyang, dosa keturunan, dan dosa perselisihan yang saat ini menjadi beban
dan menhalau segala karunia dan kuasa yang telah diberikan melalui injil Yesus
Kristus, oleh sebab itu saat ini kita patut memohon kepada Tuhan dengan datang
bersujud dibawah kaki salib Yesus untuk memohon pengampunan atas segala
perbuatan yang sudah terjadi dimasa lalu. Kita tinggalkan segala perbedaan
antar suku, saling menolak tanggungjawab, tetapi kita datang dengan segala
kesadaran diri sebagai orang byak dan sebagai orang Abun, kita saling menerima
dan daling mengampuni, dan kita kembalikan semuanya kepada Tuhan, sebab akan
dengan segala kuasa yang sudah dinyatakan lewat injil Kristus di meos su kita
memohon berkat dari Tuhan untuk terus menjalankan, melaksanakan semua
perjanjian yang disampaikan, sebab tanggungjawab belum terlaksana sepenuhnya. Dan
kuasa Yesus melalui pekerjaan Injil dimampukan untuk melaksanakan
tanggungjawab. Yesus adalah gembala dan jurumudi akan memberkati segala rencana
sebab dari “Awal mula pelita yang terang dalam kegelapan Peradaban akan menjadi
lilin untuk menerangi segal arencana”. Yesus akan menolong kita untuk terus
melakukan segala rencana dalam perubahan
Oleh
: Pnt. Juzak. Joh.sundoy, S.H
No comments:
Post a Comment