Sunday, July 8, 2018

Kilas balik Pekabaran Injil di Meos Su


Kilas balik Pekabaran Injil di Meos Su

Masyarakat suku Byak mendarat di meos su (pulau dua) sejak tahun 1600 namun saat itu belum menjalin hubungan sosial dengan masyarakat suku Abun adalah suku pribumi yang memiliki daratan tanah besar dengan sistem kepercayaan kesukuan serta menyembah berhala. Sejak saat itu suku byak dan suku Abun belum menjalin hubungan baik, bahkan mereka sering melakukan peperangan atau perang suku. Peristiwa ini menyebabkan banyak korban jiwa antara kedua suku, dan semua orang yang korban dalam peperangan tersebut baik itu dari suku byak maupun suku abun belum ada penyelesaiaan hingga saat ini. Peristiwa-peristiwa ini bukan kebetulan dan juga bukan suatu rencana tetapi semua yang terjadi saat itu adalah atas dasar rencana Tuhan Allah dalam penyelamatan. Ini adalah suatu bukti nyata yang terjadi dan pristiwa ini berlangsung Selama 4 abad suku byak mendiami pesisir pantai Tambrauw dan berdomisili di meos su. Melalui peristiwa ini dan saat itu kekuasaan sultan tidore dengan sistem pemerintahannya maka kekuatan banyak orang byak menjadi piliha sultan untuk memilih orang byak dan diangkat sebagai pemimpin wilayah tertentu. Dalam kepemimpinan sultan tidore. Kebersamaan suku byak dan suku Abun belum terjalin baik masih berlangsung prang antars uku, hal ini juga karena di pengaruhi oleh sultan untuk kepentingan kekuasaan dan berbagai kepentingan terutama sistem dagang dan kekuasaan pemeritahan sultan tidore. Untuk menjalin hubungan kebersamaan orang byak dan orang Abun orang byak yang sering mengunakan berbagai akal untuk bertemu dengan orang abun, hal ini dilakukan karena faktor makanan. Orang byak menukarkan piring, parang, tumbak, ikan, kain ataupun pakaian bahkan manusia pun dijadikan sarana sebagai imbalan untuk mendapat makanan ataupun barang lain seperti burung cenderawasih, damar dan lain sebagainya, semua yang dilakukan ini juga sebagai bahan untuk membayar pajak kepada sultan.   Pertemuan ini lama-kelamamaan terjalin baik tetapi mereka tidak bisa tinggal bersama karena saling kawatir sebab peristiwa pembunuhan masih terus terjadi. kemudian terjalin melalui pekerjaan dan kuasa injil dan rencana Tuhan yang sungguh indah. Melalui rencanaTuhan kemudian suku byak menjadi pilihan Tuhan dalam penebusan dan petunjuk terus terus terjadi maka melalui perjalanan   orang Byak yang yang sudah menetap di meos su menjadi pilihan Tuhan maka dengan segala rencana Tuhan dengan memilih pemimpin (mambri) Mayor Bin (bapak Armand Mirino) sebagai pahlawan dalam sejarah ini. Saat itu dengan kekuasaan yang dipimpin oleh Sulta Tidore, maka tepatnya pada tgl, 5 Agustus 1912 mayor bin selaku tokoh saat itu merencakan perjalaan untuk membawa persembahan pajak ke raja ampat yang di sumbangkan kepada Sultan Tidore. Perjalanan ini menjadi awal perencaan untuk bertemu dengan Guru Yunas Nendisa di samate. Hasil pertemuan itu kemudian mayor bin dan rombongannya berhasil bertemu dengan bpk. Yonas Nendissa dan mengajak untuk ikut bersama menuju ke Meos Su.dalam perjalan yang melelahkan perahu terus diarahkan menuju meos su dengan jarak tempuh ssiang dan malam atau berhari-hari dalam perjalanan. Tepatnya hari sabtu mereka mendarat di tanjung sapormanggaenau dengan nyanyian wor dou yerisam atau nyanyian pujian dengan menggunakan bahasa byak sambil mempersiapkan segala sesuatu untuk menuju perandatan di meos su pada hari minggu dini hari tepatnya tgl, 12 Agustus 1912 (jam 5 pagi) dengan menggunakan perahu “MANSWAN” (pelaut unggul) mendarat di meos su mnu Eba (kampung besar) dan melakukan Ibadah pertama pada jam 7 pag dengan thema dasar “Roma 1 : 16-17”. Mulai dari awal inilah Injil kristus terjadi sebagai pelita pertama yang menerangi meos su. Bapak Yonas Nendisa melakukan pelayanandi meos su kurang lebih 9 tahun dan kemudian di pindahkan ke pulau numfor numfor dan diganti oleh Petrus Kafiar pada tahun 1921, tiga tahun kemudian ptrus kafiar diganti oleh Philipus Watilele yang kemudian menyiapkan bakal Jemaat Imanuel Meos su dan menyiapkan sakramen dan Baptisan Kudus yang pertama oleh Pendeta, Yohanes Van Hassel dan Pendeta Yens. Pemuda/pemudi yang di Baptis pertama adalah, Christian Yewen, Korinus Mirino, Kornelia Mayor, Keterina Mirino, Pada tahun 1926 philipus Watilele diganti oleh Guru Yunus Pupella (I) dan diganti oleh Guru Demianus Tumasela pada tahun 1929 dan diganti oleh Guru Hendrik Sohilait dengan membangun Gereja Permanen di Meos su pada tahun 1934 dan di resmikan oleh Pendeta F.C. Kamma. Guru Hendrik Sohiloit dig anti oleh Guru Yesaya Pupella (II) pada tahun1935. Terbentuk Badan Pelayanan Pekabaran Injil (BPPI) El Tuto pada tgl 5 Februari 1935 yang berkedudukan di Meos su dengan struktur organisasi : Ketua, Armant Mirino, sekretaris, Gr. Yesaya Pupella, Bendahara, Selfianus Mambrasar, dengan bantuan guru-guru Penginjil serta tenaga relawan dari sekolah rakyat kelas II dan III sebagai perintis. .Para pelaku dan Perintis Pekabaran Injil (PI) adalah, Pos PI di Kwoor, Gr. Demianus Rumbiak, Pos PI di Hopmarie, Gr. Marthen Rumbino, Pos PI di Warmon, Gr. Rafel Prawar, Pos PI di Yensawai, Hein Padwa, Pos PI di Warkori, Tonchy Mayor, Pos PI di Waubem/Wefari Frans Yappen, Pos PI di Drefi, Fredek Mayor, Pos PI di Serpele, Yan Yappen. Yayasan El Tuto tidak berjalan akibat perang dunia ke dua pada tahun 1942 dan terbentuk kembali pada tahun 1947, setelah masyarakat biak membuka kampung di wowey dan werur, maka jemaat Imanuel Meos Su pindah di Werur dan membentuk Jemaat Maranatha di Wowey, dan badan Pekabaran Injil El Tuto dengan struktur, Ketua Bastian Paraibabo, Sekretaris, Gr. Infandi dan Bendahara, Kundrat Mayor, dengan Pos PI Wowey dan Rumbetsu Gr. Robert Mayor, Pos PI Tobou, Alex Yappen, Pos PI Warmon Tidorus Mayor, Pos PI Saubeba, Ismael Mirino, Pos PI Bamus, Bernard Rumansara/Yesyak, Kosmus Mambrasar, Yustus Yekwam, Pos PI Fef, Marthen Warsa, Pos PI Syuel, Yustus Yekwam, Pos PI Banfot, Kundrat Mayor, Kosmus Mambrasar, dan salah satu buah dari yayasan El Tuto adalah Alm. Pendeta Ruben Yesnath. Dalam perjalanan pekabaran injil yang dimulai dari meos su dengan pesannya yang disampaikan oleh para misionaris dengan ungkapan bahwa “ Injil Tuhan yang bermulai dari meos su harus dikabarkan sampai ke seluruh pegunungan tambrauw” pesan ini kemudian dilanjutkan hingga sekarang,namun berbagai gejolak dan konflik bahkan pembunuh terus merajalela baik kepada suku Byak maupun suku Abun sehingga kedua suku ini adalah orang pertama yang membawa dan menerima injil kemudian melakukannya, namun perjalan ini dipenuhi dengan noda dan dosa yang terjadi di masa lalu sekarang membendung segala rencana, maksud dan tujuan, untuk itu melalui kuasa dan karya Yesus melalui penderitaanNya di kayu salib dan darah kristus telah dikorbankan maka saat ini kita dituntut untuk datang membawa segala beban dosa masa lalu, dosa nenek moyang, dosa keturunan, dan dosa perselisihan yang saat ini menjadi beban dan menhalau segala karunia dan kuasa yang telah diberikan melalui injil Yesus Kristus, oleh sebab itu saat ini kita patut memohon kepada Tuhan dengan datang bersujud dibawah kaki salib Yesus untuk memohon pengampunan atas segala perbuatan yang sudah terjadi dimasa lalu. Kita tinggalkan segala perbedaan antar suku, saling menolak tanggungjawab, tetapi kita datang dengan segala kesadaran diri sebagai orang byak dan sebagai orang Abun, kita saling menerima dan daling mengampuni, dan kita kembalikan semuanya kepada Tuhan, sebab akan dengan segala kuasa yang sudah dinyatakan lewat injil Kristus di meos su kita memohon berkat dari Tuhan untuk terus menjalankan, melaksanakan semua perjanjian yang disampaikan, sebab tanggungjawab belum terlaksana sepenuhnya. Dan kuasa Yesus melalui pekerjaan Injil dimampukan untuk melaksanakan tanggungjawab. Yesus adalah gembala dan jurumudi akan memberkati segala rencana sebab dari “Awal mula pelita yang terang dalam kegelapan Peradaban akan menjadi lilin untuk menerangi segal arencana”. Yesus akan menolong kita untuk terus melakukan segala rencana dalam  perubahan

Oleh :   Pnt. Juzak. Joh.sundoy, S.H

No comments:

Post a Comment