Sunday, July 8, 2018

KOMITMEN PERLINDUNGAN PENYU BELIMBING SECARA ADAT


KOMITMEN PERLINDUNGAN PENYU BELIMBING  SECARA ADAT
Oleh, Juzac, Js.
Description: C:\Users\User\Pictures\PENYU BELIMBING\_DSC0835.JPG
Keberadaan penyu belimbing yang datang bertelur di Pantai Jeen Womom dan Pantai Warmon Kabupaten Tambrauw saat ini dilihat sudah semakin berkurang. Masyarakat adat  Suku Abun disekitar Kawasan Pantai Peneluran Penyu  Jeen Womom dan Warmon juga merasa permasalahan ini juga menjadi tanggung jawab secara adat maka  solusi untuk mengembalikan keberadaan masa lalu melalui  tradisi masyarakat.adat Suku Abun dengan menggelar upacara Adat pemanggilan Penyu Belimbing.Upacara Adat ini merupakan bagian yang sacral, sehingga  hanya bisa dilakukan oleh tua-tua adat yang mengikuti pendidikan adat (Orang Yewon).

Pelaksanaan upacara adat pemanggilan penyu direncanakan yang dilaksanakan pada tanggal 25 juli 2015 lalu bertempat di Pantai batu rumah kawasan peneluran pantau Jeen Womom. Dengan  melakukan berbagai persiapan-persiapan mulai dari Sidang Adat Tertutup yang dilakukan oleh orang adat untuk memastikan dan menentukan tempat dan mempersiapkan untuk pelaksanaan upacara adat.

Selaku perwakilan masyarakat Adat yang terlibat langsung untuk mengkordinir kegiatan ini merasa penting, sebab kearifan local melalui sidang adat akan menentukan tanggal, tempat sekaligus menggas berbagai tradisi dalam rangka mempersiapkan acara pelaksanaan upacara adat. dalam berbagai persiapan terutama masyarakat adat dan tokoh adat memnaggil sebagian dari pemilik untuk melakukan diskusi untuk menjaga inisiasi dan  Sidang adat tertutup yang tidak bisa di lihat orang bahkan melewati daerah sidang pun dilarang dan tidak bisa melewati. Hal ini dimaksudkan agar selama pelaksanaan inisiasi semua terfokus dan tidak ada gangguan dari luar selain alam. Selain itu daerah tersebut di larang oleh adat dan sangat berakibat, misalnya selama di laksanakan sidang adat tertutup manusia atau binatang yang lewat di sekitar lokasi tersebut akan mendapat ancaman atau bahaya sehingga daerah tersebut sangat terlarang.

Wujud nyata dan peduli masyarakat terhadap kawasan dan penyu belimbing merupakan komitmen masyarakat adat untuk lebih  aktif untuk mempersiapkan semua kebutuhan, yaitu mulai membentuk Tim 15 yang terdiri dari perwakilan 5 orang dari Tiga Kampung (Saubeba, Warmandi dan Wau) Distrik Abun Kabupaten Tambrauw, selanjutnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah khususnya forum kolaborasi dan pihak lainnya untuk pembentukan panitia yang bekerja mempersiapkan kegiatan upacara adat. Harapan dari hasil upacara adat ini masyarakat percaya bahwa Penyu Belimbing dan semua jenis penyu lain akan kembali untuk bertelur di sepanjang Pantai Jeen Womom  dan pantai Warmon.

Upacara adat ini dilaksanakan terbuka bagi umum sebab acara ini diisi dengan aneka atraksi tarian adat (Sarar) dari masyarakat Adat an kelompok seni dari sausapor, dan melihat langsung penyu belimbing bertelur, melakukan aksi melepas anakan/tukik penyu belimbing, menontong Burung Cenderawasih serta wisata kuliner makanan tradisional masyarakat Tambrauw.

Kami juga mengajak seluruh pihak untuk dapat mendukung dan berpartisipasi dalam persiapan dan pelaksanaan Upacara Adat Pemanggilan Penyu ini, sehingga penyu terlindungi tetapi masyarakat juga mendapatkan manfaat secara ekonomi. 
Melalui hasil upacara Adat ini membuktikan bahwa keberadaan suku dan kearifan local masyarakat adat masih dapat berlaku untuk melindungi alam dari segala yang hidup didalamnya. Terutama penyelamat kepada penyu belimbing.

Hasil dari upacara adat
Pada tanggal 25 Juli 2015, tepatnya senja tepat jam 17.00 (5 sore), pantai bantu rumah dikerumuni oleh peserta upacara adat yang lebih dari 200 orang yang datang menggunakan kapal sunlia bersama perwakilan wisatawan dari beberapa Negara yang hadir dalam acara tersebut. Mengawali acara dengan sambutan baik dari pemerintah provinsi papua barat, pemerintah kabupaten tambrauw dan juga perwakilan dari wisatawan, kemudian di isi dengan acara budaya (tari-tarian) sekaligus mndeklaraikan nama tempat yang sebelumnya adalah jamusba medidan dikembali kepada masyarakat dan status kawasan secara adat yaitu Kawasan Peneluran Jeen Womom sekaligus menetapkan tanggal 25 Juli sebagai hari penyu blimbing yang wajib di peringati setiap tahun.

Setelah itu tokoh adat yang dipercayakan untuk melakukan upacara adat memulai dengan inisiasi pemanggilan penyu. Dengan perlahan pelaku pria membawa daun dari pohon nira kemudian menyeret dari darat sampai memasuki air laut yang di ikuti oleh seorang perempuan sebagai wakil yang mengambil segala kebutuhan inisiasi, yaitu api dan bahan bakaran. Setelah daun di kebaskan diatas air laut dengan bahasa local memanggila menurut petunjuk adat. sementara kelompok tari mengiringi kegiatan inisiasi sambil berputar mengikuti panduan dari pelaku. Setelah itu membakar api lalu memanggil penyu dengan bahasa israt secara tradisi adat. setelah inisiasi dilakukan kelompok tari mengambil kedua pelaku lalu melakukan dansa bersama sambil merayakan hasil inisiasi yang sudah dilakukan, kemudian acara dilanjutkan dengan pelepasan anak/tukik penyu belimbing secara beramai-ramai dengan cara, membeli dari pemilik hak ulayat 1 (satu)ekor 5000,- rupiah, sambil melakukan araksi elepasan penyu dengan berbagai cara, ada yang melakukan lomba balap penyu tetapi ada juga yang langsung mmberi nama dan dilepaskan didarat lalu diiringi sampai kelut dan dibiarkan memasuki laut dan berenang dengan suka hati. Setelah acara upacara adat selesai dan acara pelepasan tukik semua peserta beristirahat lalu makan sambil menunggu waktu untuk mengunjungi penyu yang datang bertelur.

Bebrapa kejadian diluar dugaan manusia, bahwa selama persiapan daerah tersebut yang penuh dengan batuan itu tiba-tiba tertimbun oleh pasir secara alamia untuk mempermudah para peserta untuk melihat secara langsung penyu yang datang bertelur. Sesuai dengan arahan dari pengawas bahwa tepat jam 11 malam semua peserta diarahkan untuk melihat secara langsung pendaratan penyu dan proses peneluran.

Sungguh mengejutkan betapi luar biasa keberadaan adat yang dilakukan, sehingga terbukti bahwa beberapa sarang penyu yang baru terhitung 40, hari dan 50 hari terburu menetas dan tukik keluar dan berlari disepanjang pasir membuat para peserta menjadi kaget, dengan melihat itu tukik-tukik yang bertebaran dipantai diambil dan dilepaskan kelaut.

Kondisi ini sedikit memberi tantangan kepada para peneliti yang mengatakan bahwa hasil riset mengatakan 60 hari telur menetas dan tukik kluar dari sarang, namun saat itu berbeda sebab sarang yang baru berusia 40 sampai 50 hari harus terburu menetas, dan inilah bukti dari upacara adat.
Setelah satu tahun kemudian mengikuti perkembangan, ternyata upacara adat ini membawa dampak positif sebab penyu yang dihitung selama ini biasanya setahun sekali datang bertelur, ternyata setelah upacara adat setiap malam penyu datang bertelur dipantai warmon yang dianggap lebih sepi dan nyaman.

 Bahkan dahulu sebelum upacara adat penyu akan naik bertelur paling cepat jam 11 malam, saat ini sekitar jam 7 atau jam 8 penyu sudah mulai datang kedarat untuk bertelur. Dari reaksi ini kami menunggu 3 tahun untuk memastikan bahwa apakah tetap bertahan atau hanya sementara, ternyata benar bahwa penyu sampai 3 tahun pelaksanaan upacara adat tetap aktif bahkan melampaui hasil riset bahkan semakin bertambah penyu yang datang bertelur. Namun ada masalah kepada para peneliti, karena masyarakat tidak menginjinkan kegiatan riset oleh lembaga WWF, UNIPA dan YPLI. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan keberadaan alam semula seperti sebelunya, sebab hamper 35 tahun kegiatan riset ini menyebabkan hasil inisiasi adat meminta untuk tidak ada aktifitas selama 3 tahun agar kondisi ini mengembalikan naluri penyu kepada alamnya yang sudah tergganggu.

Memperingati hari Penyu belimbing
Sudah 3 (tiga) tahun berlalu, upacara adat yang sudah membukti kearifannya, membuat penyu saat ini terus bertambah meramaikan daerah peneluran Jeen Womom dan Warmon, bahkan melampaui prekdiksi hasil riset. Bukti upacara adat dengan perjanjian 3 tahun maka tahun ini merupakan tahun ke tiga yang patut dirayakan sekaligus memberi kesempatan kepada emua pihak terutama pemerintah atau swasta untuk melakukan aktifitas yang menguntungkan dengan melibat masyarakat adat dalam pengelolaan, lebih khusus membuka kesempatan kepada para wisatawan untuk mngunjungi tempat peneluran, serta beberapa komitmen untuk menjaga pesisir pantai dari sampah dan juga tidak mengancam dan membunuh penuh, sebab akan mempengaruhi proses peneluran, serta menetapkan aturan untuk melindungi seluruh pantai dan semua jenis penyu untuk tetap ada dan hidup sehingga pesisir pantai sausapor sampai mubrani akan dijadikan sebagai tempat peneluran semua jenis penyu yang ada di tambrauw.

Dalam kegiatan mempengeringati hari penyu belimbing ini dilaksanakan disausapor sebagai pusat pemerintah sementara, untuk terlibat dalam menjaga lingkungan alam laut dan pesisir pantai. Dalam memperingati hari penyu belimbing ini ada beberap aksi yang perlu dilakukan untuk mengingat masyarakat untuk tidak membunuh bahkan merusak alam laut yang merupakan alam hidup penyu.

Saat ini pinggiran pantai an laut tercemar dengan sampah plastic botol dan gelas air mineral, untuk itu diharapkan dalam merayakan hari penyu belimbing ini masyarakat di ajak untuk melakukan aksi kapanye anti sampah plastic botol dan gelas air mineral yang dipusatkan didistrik sausapor.

Kegiatan ini diharapkan melibat semua masyarakat di 10 kampung sedistrik sausapor, juga melibat masyarakat pedagang yang selalu mendatangkan botol dan gelas air mineral untuk menjaga agar usaha ekonomi tetap berjalan tetapi menjaga dan melindungi penyu dari dampak sampah plastic dapat terlibat secara langsung.

Kegiatan ini juga diharapkan bisa memberi pendidikan kepada para generasi terutama anak-anak sekolah dari TK/PAUD,  SD, SMP dan juga SMA. Selain itu kegiatan ini juga bisa melibat pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan juga pemerintah kabupaten/kota yang ikut berdampak langsung seperti, raja ampat, kota sorong. Dan juga kabupaten manokwari. Kegiatan ini juga bisa melibt beberap daerah yang juga terdapat tempat bertelurnya penyu.
Kegiatan ini juga menjadi bagian penting kepada masyarakat untuk melakukan sasi terhadap penyu tetapi juga kepada satwa lain yang dianggap penting untuk kepentingan para wisatawan.




No comments:

Post a Comment