KOMITMEN
PERLINDUNGAN PENYU BELIMBING SECARA ADAT
Oleh, Juzac, Js.

Keberadaan penyu
belimbing yang datang bertelur di Pantai Jeen Womom dan Pantai Warmon Kabupaten
Tambrauw saat ini dilihat sudah semakin berkurang. Masyarakat adat Suku Abun disekitar Kawasan Pantai Peneluran
Penyu Jeen Womom dan Warmon juga merasa
permasalahan ini juga menjadi tanggung jawab secara adat maka solusi untuk mengembalikan keberadaan masa
lalu melalui tradisi
masyarakat.adat Suku Abun dengan menggelar upacara
Adat pemanggilan Penyu Belimbing.Upacara Adat ini merupakan
bagian yang sacral, sehingga hanya bisa
dilakukan oleh tua-tua adat yang mengikuti pendidikan adat (Orang Yewon).
Pelaksanaan upacara adat pemanggilan penyu direncanakan yang
dilaksanakan pada tanggal 25 juli 2015 lalu bertempat di Pantai batu rumah kawasan
peneluran pantau Jeen Womom. Dengan melakukan
berbagai persiapan-persiapan mulai dari Sidang Adat Tertutup yang dilakukan
oleh orang adat untuk memastikan dan menentukan
tempat dan mempersiapkan untuk pelaksanaan upacara adat.
Selaku perwakilan masyarakat Adat yang
terlibat langsung untuk mengkordinir kegiatan ini merasa penting, sebab
kearifan local melalui sidang adat akan menentukan tanggal, tempat sekaligus
menggas berbagai tradisi dalam rangka mempersiapkan acara pelaksanaan upacara
adat. dalam berbagai persiapan terutama masyarakat adat dan tokoh adat
memnaggil sebagian dari pemilik untuk melakukan diskusi untuk menjaga inisiasi
dan Sidang adat tertutup yang tidak
bisa di lihat orang bahkan melewati daerah sidang pun dilarang dan tidak bisa
melewati. Hal ini dimaksudkan agar selama pelaksanaan inisiasi semua terfokus
dan tidak ada gangguan dari luar selain alam. Selain itu daerah tersebut di
larang oleh adat dan sangat berakibat, misalnya selama di laksanakan sidang
adat tertutup manusia atau binatang yang lewat di sekitar lokasi tersebut akan
mendapat ancaman atau bahaya sehingga daerah tersebut sangat terlarang.
Wujud nyata dan peduli masyarakat
terhadap kawasan dan penyu belimbing merupakan komitmen masyarakat adat untuk
lebih aktif untuk mempersiapkan semua
kebutuhan, yaitu mulai membentuk Tim 15 yang terdiri dari perwakilan 5 orang
dari Tiga Kampung (Saubeba, Warmandi dan Wau) Distrik Abun Kabupaten Tambrauw,
selanjutnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah khususnya forum kolaborasi
dan pihak lainnya untuk pembentukan panitia yang bekerja mempersiapkan kegiatan
upacara adat. Harapan dari hasil upacara adat ini masyarakat percaya bahwa
Penyu Belimbing dan semua jenis penyu lain akan kembali untuk bertelur di
sepanjang Pantai Jeen Womom dan pantai
Warmon.
Upacara adat ini dilaksanakan terbuka
bagi umum sebab acara ini diisi dengan aneka atraksi tarian adat (Sarar) dari
masyarakat Adat an kelompok seni dari sausapor, dan melihat langsung penyu
belimbing bertelur, melakukan aksi melepas anakan/tukik penyu belimbing,
menontong Burung Cenderawasih serta wisata kuliner makanan tradisional
masyarakat Tambrauw.
Kami juga mengajak seluruh pihak untuk
dapat mendukung dan berpartisipasi dalam persiapan dan pelaksanaan Upacara Adat
Pemanggilan Penyu ini, sehingga penyu terlindungi tetapi masyarakat juga
mendapatkan manfaat secara ekonomi.
Melalui hasil upacara Adat ini
membuktikan bahwa keberadaan suku dan kearifan local masyarakat adat masih
dapat berlaku untuk melindungi alam dari segala yang hidup didalamnya. Terutama
penyelamat kepada penyu belimbing.
Hasil dari upacara adat
Pada tanggal 25 Juli 2015, tepatnya
senja tepat jam 17.00 (5 sore), pantai bantu rumah dikerumuni oleh peserta
upacara adat yang lebih dari 200 orang yang datang menggunakan kapal sunlia
bersama perwakilan wisatawan dari beberapa Negara yang hadir dalam acara
tersebut. Mengawali acara dengan sambutan baik dari pemerintah provinsi papua
barat, pemerintah kabupaten tambrauw dan juga perwakilan dari wisatawan,
kemudian di isi dengan acara budaya (tari-tarian) sekaligus mndeklaraikan nama
tempat yang sebelumnya adalah jamusba medidan dikembali kepada masyarakat dan
status kawasan secara adat yaitu Kawasan Peneluran Jeen Womom sekaligus
menetapkan tanggal 25 Juli sebagai hari penyu blimbing yang wajib di peringati
setiap tahun.
Setelah itu tokoh adat yang dipercayakan
untuk melakukan upacara adat memulai dengan inisiasi pemanggilan penyu. Dengan
perlahan pelaku pria membawa daun dari pohon nira kemudian menyeret dari darat
sampai memasuki air laut yang di ikuti oleh seorang perempuan sebagai wakil
yang mengambil segala kebutuhan inisiasi, yaitu api dan bahan bakaran. Setelah
daun di kebaskan diatas air laut dengan bahasa local memanggila menurut
petunjuk adat. sementara kelompok tari mengiringi kegiatan inisiasi sambil
berputar mengikuti panduan dari pelaku. Setelah itu membakar api lalu memanggil
penyu dengan bahasa israt secara tradisi adat. setelah inisiasi dilakukan
kelompok tari mengambil kedua pelaku lalu melakukan dansa bersama sambil
merayakan hasil inisiasi yang sudah dilakukan, kemudian acara dilanjutkan dengan
pelepasan anak/tukik penyu belimbing secara beramai-ramai dengan cara, membeli
dari pemilik hak ulayat 1 (satu)ekor 5000,- rupiah, sambil melakukan araksi
elepasan penyu dengan berbagai cara, ada yang melakukan lomba balap penyu
tetapi ada juga yang langsung mmberi nama dan dilepaskan didarat lalu diiringi
sampai kelut dan dibiarkan memasuki laut dan berenang dengan suka hati. Setelah
acara upacara adat selesai dan acara pelepasan tukik semua peserta beristirahat
lalu makan sambil menunggu waktu untuk mengunjungi penyu yang datang bertelur.
Bebrapa kejadian diluar dugaan manusia,
bahwa selama persiapan daerah tersebut yang penuh dengan batuan itu tiba-tiba
tertimbun oleh pasir secara alamia untuk mempermudah para peserta untuk melihat
secara langsung penyu yang datang bertelur. Sesuai dengan arahan dari pengawas
bahwa tepat jam 11 malam semua peserta diarahkan untuk melihat secara langsung
pendaratan penyu dan proses peneluran.
Sungguh mengejutkan betapi luar biasa
keberadaan adat yang dilakukan, sehingga terbukti bahwa beberapa sarang penyu
yang baru terhitung 40, hari dan 50 hari terburu menetas dan tukik keluar dan
berlari disepanjang pasir membuat para peserta menjadi kaget, dengan melihat
itu tukik-tukik yang bertebaran dipantai diambil dan dilepaskan kelaut.
Kondisi ini sedikit memberi tantangan
kepada para peneliti yang mengatakan bahwa hasil riset mengatakan 60 hari telur
menetas dan tukik kluar dari sarang, namun saat itu berbeda sebab sarang yang
baru berusia 40 sampai 50 hari harus terburu menetas, dan inilah bukti dari
upacara adat.
Setelah satu tahun kemudian mengikuti
perkembangan, ternyata upacara adat ini membawa dampak positif sebab penyu yang
dihitung selama ini biasanya setahun sekali datang bertelur, ternyata setelah
upacara adat setiap malam penyu datang bertelur dipantai warmon yang dianggap
lebih sepi dan nyaman.
Bahkan dahulu sebelum upacara adat penyu akan
naik bertelur paling cepat jam 11 malam, saat ini sekitar jam 7 atau jam 8
penyu sudah mulai datang kedarat untuk bertelur. Dari reaksi ini kami menunggu
3 tahun untuk memastikan bahwa apakah tetap bertahan atau hanya sementara,
ternyata benar bahwa penyu sampai 3 tahun pelaksanaan upacara adat tetap aktif
bahkan melampaui hasil riset bahkan semakin bertambah penyu yang datang
bertelur. Namun ada masalah kepada para peneliti, karena masyarakat tidak
menginjinkan kegiatan riset oleh lembaga WWF, UNIPA dan YPLI. Hal ini
dimaksudkan untuk mengembalikan keberadaan alam semula seperti sebelunya, sebab
hamper 35 tahun kegiatan riset ini menyebabkan hasil inisiasi adat meminta
untuk tidak ada aktifitas selama 3 tahun agar kondisi ini mengembalikan naluri
penyu kepada alamnya yang sudah tergganggu.
Memperingati hari Penyu belimbing
Sudah 3 (tiga) tahun berlalu, upacara
adat yang sudah membukti kearifannya, membuat penyu saat ini terus bertambah
meramaikan daerah peneluran Jeen Womom dan Warmon, bahkan melampaui prekdiksi
hasil riset. Bukti upacara adat dengan perjanjian 3 tahun maka tahun ini
merupakan tahun ke tiga yang patut dirayakan sekaligus memberi kesempatan
kepada emua pihak terutama pemerintah atau swasta untuk melakukan aktifitas
yang menguntungkan dengan melibat masyarakat adat dalam pengelolaan, lebih
khusus membuka kesempatan kepada para wisatawan untuk mngunjungi tempat
peneluran, serta beberapa komitmen untuk menjaga pesisir pantai dari sampah dan
juga tidak mengancam dan membunuh penuh, sebab akan mempengaruhi proses
peneluran, serta menetapkan aturan untuk melindungi seluruh pantai dan semua
jenis penyu untuk tetap ada dan hidup sehingga pesisir pantai sausapor sampai
mubrani akan dijadikan sebagai tempat peneluran semua jenis penyu yang ada di
tambrauw.
Dalam kegiatan mempengeringati hari
penyu belimbing ini dilaksanakan disausapor sebagai pusat pemerintah sementara,
untuk terlibat dalam menjaga lingkungan alam laut dan pesisir pantai. Dalam memperingati
hari penyu belimbing ini ada beberap aksi yang perlu dilakukan untuk mengingat
masyarakat untuk tidak membunuh bahkan merusak alam laut yang merupakan alam
hidup penyu.
Saat ini pinggiran pantai an laut
tercemar dengan sampah plastic botol dan gelas air mineral, untuk itu
diharapkan dalam merayakan hari penyu belimbing ini masyarakat di ajak untuk
melakukan aksi kapanye anti sampah plastic botol dan gelas air mineral yang
dipusatkan didistrik sausapor.
Kegiatan ini diharapkan melibat semua
masyarakat di 10 kampung sedistrik sausapor, juga melibat masyarakat pedagang
yang selalu mendatangkan botol dan gelas air mineral untuk menjaga agar usaha
ekonomi tetap berjalan tetapi menjaga dan melindungi penyu dari dampak sampah
plastic dapat terlibat secara langsung.
Kegiatan ini juga diharapkan bisa
memberi pendidikan kepada para generasi terutama anak-anak sekolah dari
TK/PAUD, SD, SMP dan juga SMA. Selain
itu kegiatan ini juga bisa melibat pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
juga pemerintah kabupaten/kota yang ikut berdampak langsung seperti, raja
ampat, kota sorong. Dan juga kabupaten manokwari. Kegiatan ini juga bisa melibt
beberap daerah yang juga terdapat tempat bertelurnya penyu.
Kegiatan ini juga menjadi bagian penting
kepada masyarakat untuk melakukan sasi terhadap penyu tetapi juga kepada satwa
lain yang dianggap penting untuk kepentingan para wisatawan.
No comments:
Post a Comment