Sunday, July 8, 2018

KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU ABUN DALAM UPACARA ADAT PEMANGGILAN PENYU SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN PENYU BELIMBING


KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU ABUN
DALAM UPACARA ADAT PEMANGGILAN PENYU
SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN PENYU BELIMBING 
Oleh, Joh. Sundoy

BANYAK orang belum kenal  kalau di pesisir utara kabupaten Tambrauw provinsi papua barat , tepatnya ada di wilayah utara kepala burung pulau papua terletak di sepanjang pesisir pantai disana ada pasir yang  putih yang terlintas jauh terpandang  dengan panjang sekitar 7 km. Tempat sering di sebut kawasan esensial jamusba medi dan pantai warmon merupakan tempat yang paling penting bagi seekor penyu yang berukuran besar dengan panjang 1,80 cm dan lebar 1,27 cm dengan berat sekitar 700 kg, punggungnya berbentuk seperti buah belimbing, maka disebut penyu belimbing.
Untuk mengetahui kenapa penyu belimbing ada di pantai  jamusba medi dan pantai  warmon adda cerita menarik dari masyarakat Adat yang di yakini memiliki kesakralan dan akan menjadi sebuah acuan yang membantu  menyungguhkan bagaimana keberadaan alam nya? mengapa penyu terus berkurang ? apa yang menajdi masalah utama? Kenapa masalah ini bisa terjadi? Dan bagaimana memanggil mereka untuk kembali!? Mari kita ikutibersama prosesi Adat yang akan oleh masyarakat Adat sesuai kearifan adat melalui lembaran komitmen yang di meteraikan dalam mitos batu rumah dan penyu belimbing.
Ikuti cerita  penyu belimbing dan batu rumah  yang terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dan di yakini masyarakat adat bahwa mitos ini adalah fakta dengan bukti bahwa cerita ini abadi dan kini menjadi sebuah batu yaitu batu rumah dan batu penyu yang masih terbaring disana (pantai jamusba medi)...................................................................
Sejarah batu rumah dan penyu belimbing
Sejak dahulu kala penyu belimbing  sudah menyatuh dengan alam dan manusia yang ada disekitarnya( menyatuh secara Adat). Sebuah mitos (ceritera rakyat) yang sudah membuktikan bahwa penyu belimbing sudah dinobatkan sebagai istri dari sebuah batu yang berbentuk rumah yang ada di kawasan peneluran penyu  belimbing. Cerita mitos ini awal mulanya berasa dari sungai Aswok/Ajer diatas gunung Tokir Kampung Rufmot/Wewetmuk Distrik Miyah, sebelumnya batu rumah (Jokja) tinggal bersama kakak kandungnya Waisikek dan kemudian mereka bertengkar dan waisikek kakaknya mengusir batu rumah untuk segera pergi dari gunung tokir dan mencari tikar merah perempuan yessa di pantai (pasir jemusba medi), batu rumah pergi dari gunung tokir dengan  membawa semua perlengkapan yaitu buah merah, daun gatal, tongkat, sagu, daun lebar, batu gosok, empat ekor anjing, dan anak panah kemudian batu rumah berangkat meninggalkan gunung Tokir bersama anak perempuannya dan pengawal-pengawalnya (4 ekor anjing). Didalam perjalanan yanh jauh dan panjang itu batu rumah meninggalkan banyak kesan yaitu semua perlengkapan yang di harus membayar tempat-tempat dimana di istirahat, bahkan merelakan anaknya kawin dengan batu baurat (jokjar) dan itu merupakan tuntutan adat yang wajib di lakukan untuk menebus perjalanan dan akhirnya tiba di pantai sesuai perjajnjian kakaknya.  Setelah tiba di pantai dan menemukan tikar merah perempuan yessa disitulah batu rumah menetap dengan 4 ekor anjingnya hingga sekarang.
Setelah menetap di pantai disinilah awal perjumpaan antara penyu dan batu rumah. awalnya penyu belimbing yang juga datang ke tikar merah perempuan yessa adalah untuk bertelur dan  batu rumah dan dala perjumpaan itu maka batu dan penyu menjalin hubungan persahabatan dan saling menghormati. Penyu menyebut batu rumah sebagai dewa pantai dan batu rumah menyebut penyu sebagai dewa laut. Persahabatan  itu semakin diperkuat dengan pernyataan atau komitmen yaitu bahwa batu rumah akan menjadi penjaga sarang dan telur yang di tinggalkan penyu hingga menetas dan akan di kembalikan ke laut. Kesepakatan ini sebagai sebab sehingga penyu tidak pernah datang menegok sarang dan telurnya sebab batu rumah sudah berjanji untuk merawat sarang dan telurnya hingga menetas. Lewat beberapa musim kemudian sarang penyu dan telurnya di makan oleh anjing  penajga batu rumah, dan akhir menodai perjanjian menyebab terjadi pertengkaran dan penyu tidak mau kembali bertemu dengan batu rumah dan pergi ke warmon menitip telurnyadi warmon sambil menunggu tuntutan adat yang dilakukan oleh penyu kepada batu urmah atas kerusakan sarang dan telur yang dimakan oleh penjaganya. Kemudian batu rumah segera menyampaikan masalah ini kepada kakaknya Waisikek bahwa ada terjadi pertengkaran dengan sahabatnya dewa laut akibat penjaganya telah menodai perjanjian mereka, maka batu rumah dituntut untuk  membayar adat. Dan kakanya bersedia membantu proses pembayaran adat dan prosesi itu dilakukan melalui sebuah upacara adat perdamaian  menjalini persahabatan mereka untuk kembali barsatu melalui perjanjian yang erat yaitu kakanya Waisikek melakukan pembayaran adat sekaligus mengigat persahabat melalui permintaan perkawinan maka kakanya meminang penyu agar segera kawin dengan batu rumah untuk mengikat perjanjian bahwa batu rumah  harus setia memlihara dan menjaga sarang dan telur penyu ningga menetas dan kembali bertemu dengan ibunya di laut bebas. Disisnilah perjanjian ini dijaga oleh adat hingga sekarang. Perjanjian ini yang menjadi dasar untuk memanggil penyu sesuai dengan budaya dan adat. Proses perkawinan batu rumah dan penyu diaksanakan dalam bentuk upacara adat yang unik dan sakral akhirnya kKny Waisikek berhasil mengawinkan batu rumah dengan penyu belimbing dan keduanya menjadi satu, terus ada dan  menetap di pantai pasir jamusba medi. Melalui  peristiwa ini dan proses yang sudah dilakukan maka ini dipelihara secara adat oleh masyarakat turun temurun hingga sekarang.
Setelah perkembangan dan berbagai aktifitas akhirnya penyu belimbing saat ini sudah semakin berkurang maka dengan pengalaman ceritera diatas masyarakat adat menyikapinya dengan serius dan harus melakukan upacara adat sebagaimana yang dilakukan oleh batu rumah. Prosesi ini dilakukan dengan beberapa tahap dan dilakukan sesuai dengan tata aturan adat melalui tokoh-tokoh yang berlatar belakang pengetahuan adat. Hal ini diyakini oleh masyarakat bahwa apa yang dilakukan sejak dahulu walaupun sekarang dianggap mitos namun masyarakat mengatakan bahwa itu adalah sebuah mitos yang bernyawa, maka saat ini perlu dilakukan upacara adat pemanggilan penyu (melakukan denda adat) atas segala pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan selama ini dan diyakini bahwa penyu akan kembali melakukan aktifitas, sebab komitmen ini di buktikan dengan batu rumah yang masih ada dan batu penyu yang juga masih ada.
Prosesi upacara adat
secara lokal masyarakat adat memiliki kearifan dalam hal melakukan pemanggilan dengan dasar memiliki pendidikan adat yang kuat. Upacara adat ini tidak dilakukan begitu saja tetapi harus melalui beberapa proses, yaitu masyarakat harus melakukan musyawarah untuk menetukan topik dan tokoh-tokoh adat yang terlibat, menetukan lokasi yang akan dilakukan upacara adat, siapa-siapa saja yang akan dilibatkan, berapa lama melakukan persiapan, dan apa saja yang harus dipersiapkan untuk upacara adat.
Secara adat masyarakat sudah sangat memahami proses ini, namun perlu ada kesepakatan dalam persiapan sampai pada palaksanaan dan harus membuktikan bahwa upacara adat ini akan memberi solusi untuk penyu kembali seperti dahulu dan mengalami pemulihan diri atas segala kesalahan yang sudah terjadi.
Masyarakat percaya sungguh atas aksi adat pemanggilan karena hal ini sudah sering di lakukan oleh masyarakat, misalnya ada pesta adat masyarakat wajib makan penyu sebagai ungkapan syukur atas sesuatu yang di peroleh atau keberhasilan yang di capai oleh seseorang atau untuk perkawinan.
Dalam kacamata ilmiah perlu kajian dan analisis, tetapi sera adat masyarakat percaya bahwa ilmiah tidak bisa membukti hal-hal tertentu sebab itu bersifat analisis tetapi adat melihat itu atas situasi alam yang memperrat kebersamaan dan akan terjalin baik sebab itu alam yang sudah di miliki sejak saman purba kala, zaman primitif hingga saman moderen tetapi kearifan ini masih melekat dan akan terus melekat dan akan berakhir bersama akhir bumi.
Rencana kegiatan
Setelah kawasan jamusba medi dikembalikan kepada masyarakat maka saat ini masyarakat bertanggungjawab untuk memulihkan semua pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Dari kacamata adat melihat aktifitas yang terlalu melampau keberadaan alam dan alam menjadi jenuh karena alam dan satwa ini sangat menyatuh dalam menjalin kehidupan, oleh sebab itu keterikatan ini perlu di satukan kembali sehingga mereka merasa menyatuh. Saat ini ada terjadi semacam keretakan antara satwa dan alam, sementara manusia hanya mengejar kebutuhan tanpa menghormati keberadaan alam. Adat memandang bahwa proses ini yang perlu kita pulihkan bersama agar tidak terjadi semacam kebencian. Alam akan merasa bosan ketika kita mengejar kebutuhan kita dati alam tetapi kita tidak memelihata, merawat dan menjaganya dengan baik maka alam akan menolak segala rencana, dan sebaliknya ketika kita menjalin hubungan ini menjadi baik maka alam merasa kedamaian untuk menjalin hubungan baik serta semua yang hidup di  alam akan merasakan kedamaian itu.
Masyarakat adat saat ini merasakan hal tersebut. Untuk itu mari kita semua dengan berjiwa besar, dan rasa bersalah yang besar atas perbuatan kita yang tidak menyenangkan. Penyampaian permohonan maaf dan menjalin hubungan kerjasama yang baik saling menasehati dan saling mengingatkan jia ada sesuatu yang salah. Kita tidak bisa mengatakan bahwa ilmu pengetahauan (proses ilmiah itu yang benar) sementara kita tidak menyadari bahwa ada ilmu lokal memiliki kekuatan dalam memahami keberadaan alam. Untuk itu kedua pengetahuan ini tidak bisa terpisah tetapi harus dipadukan antara ilmu kampung dan ilmu kampus untuk bekerja sama melakukan dan melindungi penyu dari segala siksaan.
Kalaupun selama ini ada berbagai pandangan, tanggapan, dan bahkan issu-issu yang terus berkembang dan mempengaruhi berbagai kalangan yang mempersoalkan keberadaan penyu belimbing yang semakin punah. Saat ini kita tidak bisa salaing menuduh tetapi kita harus bersatu dan bertanggungjawab untuk mengembalikan semua kepemilikan alam sebagai yang anut oleh adat, dan kita percaya bahwa adat akan membatu kita untuk mendapatkan solusi, dengan dukungan moral kita memberikan apresiasi kepada masyarakat sebab ide, saran dan tanggapan yang datang dari masyarakat Adat dan kemampuan melalui kearifan lokal yang akan membuktikan bahwa penyu belimbing tidak akan pernah punah atau hilang sebab secara lokal ada hubungan batin yang sudah terjalin sejak dahulu kala oleh nenek moyang, dan bukti ini diabadikan melalui sebuah batu yang berbentuk rumah yang ada di kawasan peneluran penyu belimbing (jamusba medi) dan batu penyu yang juga masih terpampang di sana. Dan bukti ini akan di ungkapkan melalui sebuah upacara Adat pemanggilan penyu.


No comments:

Post a Comment