Sulitnya Menjaga Penyu Belimbing Dari Ancaman
Oleh Juzac. Js.

Sungguh mulia Karya Tuhan bagi Negeri Kami, kalimat
ini patut kita ucapkan karena tanpa campur tangan Tuhan tidak ada sesuatu yang
akan terjadi di bumi.
Karya ciptaan Tuhan yang menempatkan tempat pesisir
pantai Jen Womo sebagai tempat yang layak untuk peneluran dan kelahiran bayi
seekor bayi (tukik) Penyu belimbing.
Siapapun manusia di bumi ini tidak akan mampu membuat
komitmen untuk menjaga, memelihara dan melindung penyu bellimbing dari
kepunahan. Terutama kawasan tempat dimana penyu belimbing beraktifitas.
Kita dapat belajar dari seorang ibu (mama).
Siapanpun dia tidak akan menyangkal dan memungkiri keagungan seorang mama sebab
dia adalah orang yang paling penting dalam kehidupan di dunia ini.
Seorang mama jauh lebih hebat dari seorang insinyur
yang sukses membangun sebuah gedung pencakar langit, karena seorang mama telah
dilibatkan Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya ajaib Tuhan yakni membangun
sebuah rumah bagi jiwa yg kekal. Bahkan malaikat pun tidak dianugerahi berkat
semacam itu.
Namun hal ini tidak sesuai dengan fakta hidup, sebab tingkah laku hidup kehidupan kita kadang tidak berbanding lurus, dan sering menodai keagungan citra setiap wanita yang adalah Ibu (mama), meraka adalah pejuang bagi kehidupan dibumi..
Demikian sekor penyu belimbing betina yang saat ini menantikan keselamat dari penjaganya. Banyak hal yang kita lupa sebagai ciptaan yang sama dimata Tuhan.
Namun hal ini tidak sesuai dengan fakta hidup, sebab tingkah laku hidup kehidupan kita kadang tidak berbanding lurus, dan sering menodai keagungan citra setiap wanita yang adalah Ibu (mama), meraka adalah pejuang bagi kehidupan dibumi..
Demikian sekor penyu belimbing betina yang saat ini menantikan keselamat dari penjaganya. Banyak hal yang kita lupa sebagai ciptaan yang sama dimata Tuhan.
Seorang perempuan sudah tidak lagi dihargai dan
diperlakukan adil dan setara sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang sama.
Begitu pula satwa ciptaan Tuhan yang satu ini, yang
selalu memberi kepada alam sebagai bagian yang mengisi bumi bagian tertentu.
Bahkan mencari tempat ketenangan tetapi segala yang di inginkan tak kunjung
datang sebab selalu saja menjadi ancaman
Manusia lebih memilih kepentingan diri sendiri tanpa memikir bagian lain yang sebenarnya adalah bagian dari kebutuhan manusia.
Manusia lebih memilih kepentingan diri sendiri tanpa memikir bagian lain yang sebenarnya adalah bagian dari kebutuhan manusia.
Semua ini dikembalikan kepada kita untuk mrenungkan
betapa pentingnya semua mahkluk ciptaan Tuhan kita nyatakan adalah penting,
maka semua ini akan mendatangkan segala kebaikan dan keharmonisan kebersamaan
hidup yang aman nyaman terus menghiasi bumi yang tersisa dan Tua ini.
Ingin tahu Mengapa disebut Penyu
belimbing?
Pasti penasaran kalau melihat gambarnya dan
membanyangkan satwa satu ini dan mengapa di sebut penyu belimbing? Kalau
dilihat dari bagian atas punggunya, yaitu cangkang tubuhnya yang hapir sama
bentuknya dengan buah belimbing yang terlintas dibagian punggungnya yaitu ada
berupa garis-garis menonjol yang tidak rata dan kulitnya agak tebal hitam
berbintik putih, tubunya besar dan badanya keras, diliputi kulit kuat dari zat
tanduk yang disebut karapas.. penyu ini tidak bersisik, dan garis-garis itu ada
lima sampai tujuh garis tebal yang memanjang dari leher sampai ekor . Panjang karapas
mencapai 2,5 m dengan berat mencapai 1500 Kg, umurnya dapat mencapai 200 tahun
lebih.
Di mancanegara, penyu yang dilindungi ini tenar
dengan sebutan leatherback turtles. Sedangkan dalam dunia sains ia
disebut Dermochelys coricea. Nama famili dermochelys berasal dari
bahasa Yunani yaitu derma berarti kulit dan chelys artinya penyu.
Nama spesies coricea juga merujuk pada bahasa Yunani, corium
berarti kulit lembu (puailiggoubat.com, 2010).
Saat hendak datang bertelur
Ketika saatnya untuk berelur, maka seekor penyu
betina akan merangkak dan naik ke pantai untuk bertelur, biasanya hingga empat
kali sepanjang satu musim bertelur. Sedangkan Sekali bertelur, satu penyu
rata-rata menghasilkan 40-50 telur.
Untuk melindungi dari predator, ia mengubur
telurnya. Ketika mengubur telurnya, sirip depannya mengais-ngais pasir dan
mengarahkan ke bagian belakang, membuat gundukan kecil diatas lobang, sedangkan
bagian sirip kakinya nampak melakukan gerakan-gerakan memadatkan tanah. Penyu
betina pada umumnya untuk usia bertelur jika mereka sudah mencapai umur 10
tahun. Sayangnya, dari puluhan telur yang dihasilkan, hanya ada satu tukik
(bayi penyu) yang mampu bertahan hingga dewasa (10 tahun)(WWF,2010). Musim
kawin penyu ini berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus. Penyu ini menggali
pasir kira-kira 50 cm dalamnya dengan diameter 50 cm. Kemudian mereka bertelur
dalam lubang dan menimbunnya kembali dengan pasir. Kegiatan ini dilakukan
kira-kira selama 2½ jam. Pasir itu kemudian mengerami sendiri telur-telur itu
selama 6-8 minggu sampai menetas menjadi tukik yang keluar dari sarang
untuk kemudian merangkak ke laut.
Penyu belimbing beratnya bisa mencapai 600-900 kg
selalu punya kehidupan yang berbeda dari penyu lainnya. Saat baru menetas
beratnya kurang dari 200 gram dan penyu kecil tersebut langsung berenang ke
laut lepas. Ia baru kembali ke daratan setelah berat badannya mencapai sekitar
600 kg, hanya untuk bertelur. Dan hanya bagi penyu betina dewasa yang ke
daratan selama sekitar tiga jam dalam setiap masa bertelur lalu kembali ke
laut, dan naik lagi ke daratan untuk bertelur 2-3 tahun kemudian.
Banyak masalah untuk
melindunginya
Penyu belimbing telah bertahan hidup selama
lebih dari ratusan juta tahun, kini spesies ini menghadapi ancaman kepunahan.
Selama dua puluh tahun terakhir jumlah spesies ini
menurun dengan cepat, khususnya di kawasan pasifik, hanya sekitar 2.300 betina
dewasa yang tersisa. Hal ini menempatkan penyu belimbing pasifik menjadi penyu
laut yang paling terancam populasinya di dunia. Di kawasan Pasifik, seperti di
Indonesia, populasinya hanya tersisa sedikit dari sebelumnya (2.983 sarang pada
1999 dari 13000 sarang pada tahun 1984). Untuk mengatasi hal tersebut, pada
tanggal 28 Agustus 2006 tiga negara yaitu Indonesia, Papua New Guinea dan
Kepulauan Solomon telah sepakat untuk melindungi habitat penyu belimbing
melalui MoU Tri National Partnership Agreement (wwf.or.id, 2006).
Termasuk satu dari tujuh spesies penyu dunia, penyu
belimbing senang berdiam di kawasan pantai yang gelap dan sunyi. Ketika
bertelur penyu betina mencari pasir untuk menyimpannya. Biasanya musim bertelur
penyu betina ini adalah sekitar musim semi. Mereka kerap mampir di sepanjang
pantai Thailand, Suriname, Malaysia, Sulawesi dan beberapa kawasan pesisir
Amerika Selatan. Mereka menyukai kawasan laut yang masih memiliki banyak
terumbu karang dan berhawa hangat. Di Indonesia, penyu belimbing terkadang
masih bisa dijumpai di pesisir Sulawesi, Bali,Papua, dan Tasikmalaya. Penyu ini
termasuk perenang hebat karena mampu mengembara sejauh 3.000 kilometer. Walau
memiliki kekuatan mengagumkan, makanan penyu ini hanya ubur-ubur laut.
(puailiggoubat.com,2010)
Dewasa ini keberadaan Penyu Belimbing (Dermochelys
coriacea) dikategorikan ke dalam satwa yang langka. Penyu Belimbing disebut juga Leatherbacks
turtle dilindungi sebagaimana
diatur dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species),
adalah merupakan kesepakatan internasional antara pemerintah (Negara) dengan
tujuan untuk memastikan bahwa perdagangan internasional tidak mengacu keberadaan
hidup satwa liar. Appendix 1- Species threatened with extinction (spesies
yang terancam punah). Saat ini diperkirakan hanya sekitar 2.300 penyu betina
dewasa yang tersisa diseluruh Samudera Pasifik. Menurut IUCN satwa ini
dikategorikan kritis (Critically Endangered) dengan trend populasinya semakin
hari semakin menurun (Pop. trend: decreasing).
Di kawasan Pasifik, seperti di Indonesia,
populasinya hanya tersisa sedikit dari sebelumnya (2.983 sarang pada 1999 dari
13000 sarang pada tahun 1984). Di Indonesia, satwa ini dikategorikan sebagai
satwa yang langka yang disebabkan beberapa hal antara lain predator alami (babi
hutan dan anjing hutan), kapal ikan yang beroperasi di bagian lautan Pasifi dan
lautan Aru,dan kerusakan habitatnya tempat bertelur penyu ini yang disebabkan
kebiasaan warga sekitar dalam menambang pasir dan perburuan secara liar
(wwf.or.id, 2010).
Nilai yang
terkandung dalam satwa ini sangat beranekaragam oleh karena itu pemahaman
tentang satwa ini sangat menentukan perlakuan manusia terhadap satwa ini.
Apabila dibiarkan, maka keberadaan satwa ini akan semakin terancam.
No comments:
Post a Comment