SAMA TAPI BEDA
Jogja Di Jawa
Tengah dan jogja di Tambrauw papua barat
Jogja dijawa
tengah sebagai kota yang unik dalam budaya dan sejarah serta memiliki
keistimewaan khusus, menyimpan kekayaan budaya dan sejarah kesultanan dan
menjadi kota yang menarik dan dikenal oleh dunia tetapi berbeda dengan jogja
yang ada di Tambrauw Papua Barat, sebuah batu berbentuk rumah yang disebut dalam
bahasa Abun Jogja artinya Batu Rumah juga memiliki keistimewaan khusus menjadi
tepat khusus bagi penyu belimbing yang selalu datang bertelur dan menetaskan
penyu baru bagi dunia

Perbedaan ini yang mmbuat saya
merasa perlu untuk menulis. Semoga bisa menjadi inspirasi baru bagi semua
kalangan.
JOGJA DALAM
SITUASI YANG BERBEDA
Saya pertama kali ke Jogja pada tahun 2016, waktu itu saya
ikut bersama rombongan studi banding dari dinas sosial kabupaten Tambrauw, dan
banyak hal yang saya temui di Jogja yang selama ini di sebut sebagai Daerah
Istimewa.
Dua tahun kemudian saya datang lagi yaitu ditahun ini pada
bulan Mei, saya ikut bersama rombongan Bintek dari distrik Sausapor dalam
rangka mendorong kepala kampung dan aparat untuk belajar di STPMD mencari pola
pengembangan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan potensi kampung.
Dari beberapa kegiatan ini membawa saya sedikitnya ingin tahu
tentang jokja yang begitu unik dalam pandangan, karena jogja di bangun
berdasarkan kearifan budaya yang sulit dimengerti.
Dari sinilah saya terispirasi dengan sebuah batu besar yng
bertuk Rumah yang berkedudukan di pesisir utara kabupaten tambrauw, dalam
sejara budaya orang Tambrauw batu ini memiliki mitos yang unik dan dalam bahasa
Abun batu ini di sebut Jogja yang artinya batu rumah.
Saya sengaja menulis istilahini “beda tapi sama”, karena jogja di jawa tengah
adalah kota yang istimewa dan sangat maju dalam perkembangan juga dipadati oleh
berbagai manusia dari belahan dunia yang datang berkunjung dan berwisata,
karena daerah menyimpan banyak sejarah dan budaya yang begitu inik.
Sedangkan batu rumah yang dalam bahasa Abun di sebut Jogja
yang artinya batu rumah. Batu ini menyimpan banyak sejarah di tambrauw dan
memiliki mitos cerita rakyat yang unik dan nyata.
Dari kesamaan yang berbeda dari kacamata budaya, unik dan
menarik jika ketahui bagaimana sebenarnya cerita dari batu rumah yang disebut
Jogja dalam bahasa lokal papua menjadi mitos dalam sejarah peradaban di
Tambrauw masalalu, dan menjadi shabat bagi seekor penyu raksasa yang disebut
penyu pelimbing. (ikuti ceritanya) :
MITOS BATU
RUMAH (JOGJA)
MENJADI
SAHABAT SEJATI BERSAMA PENYU
BELIMBING
DI TAMAN
PESISIR JEEN
WOMOM PANTAI UTARA
KABUPATEN
TAMBRAUW
Oleh : Juzack.JOH. Sundoy, SH
Sejak dahulu kala di belahan dunia banyak
terjadi peristiwa-peristiwa yang merupakan cerita dongen atau cerita takyat
yang dianggap bernyawa,
dengan meninggalkan banyak bukti sejarah salah satunya ada di pedalaman
Tambrauw yaitu Frabinuh atau Jokja. Cerita rakyat ini sekarang menjadi batu
yang berbentuk rumah dan berkedudukan di pantai jamusba medi dengan
meninggalkan berbagai kesan yang dianggap terbukti dan abadi hingga sekarang.
Pada
mulanya..............................................................
Batu
yang menyerupai Rumah ini memiliki Cerita asal usul kesukuan masyarakat pribumi
suku Abun pada zaman dahulu kala (zaman primitif), maka sekarang disebut
sebagai batu rumah. Batu ini awalnya
bernyawa dan memiliki jiwa seperti manusia sehingga bisa bergerak dari tempat
yang ke tempat yang lain dan di anggap sebagai pewaris dari nenek moyang sehingga
disebut dengan nama atau istilah
lokalnya dalam bahasa daerah yaitu, (Jokja, bahasa Abun), (Frabinuh, bahasa
Karon Gunung).
Batu
rumah (Jokja) tinggal bersama kakak kandungnya yang bernama Waisikek di sungai
Aswok/Ajer diatas gunung Tokir Kampung Rufmot/Wewetmuk Distrik Miyah Kabupaten
Tambrauw Papua Barat.
Suatu
ketika terjadi pertengkaran batu rumah (Jokja) dan kakaknya Waisikek
masalah tali perut tikus tanah. Masalah
ini menyebabkan kakaknya waisirek marah dan mengatakan kepada Jokja (Batu Rumah)
bahwa hari ini juga engkau harus pergi dari tempat ini (Sungai Aswok/Ajer atau Waisirek mengusir adiknya Jokja (batu rumah), waisirek
mengatakan Jokja engkau pergi dari tempat ini pergi ke pantai tinggal bersama
perempuan yesa sebab dia akan membuka tikar merah milik di pantai jamusba medi
dan engkau tidur di sana, kamu tidak
boleh tinggal dekat gunung tokir atau gunung totu tetapi langsung sampai ke
pantai, sebab jika kamu tinggal di situ maka saya akan masih melihat kamu.
Lebih baik kamu pergi dan jalan terus sampai ke pantai supaya bisa tinggal di
atas tikar merah perempauan orang yesa.
Kemudian
batu rumah langsung pergi bersama anak perempuannya keluar dari gunung tokir
kemudian menyeberang kali soon dan menaiki gunung totu kemudian turun ke kali sunggwat
dan bertemu dengan gunung batu kenari (jokmon), gunung ini sebagai perbatasan
antara kali sunggwat dan kali kwoor. Jokja (batu rumah) pergi dengan membawa
beberapa bekal yang merupakan perlengkapan seperti buah merah, daun gatal,
tongkat, sagu, daun lebar, batu gosok, empat ekor anjing, dan anak panah.
Sepanjang
perjalan Jokja istirahat di beberapa tempat dan setiap tempat istirahat
meninggakan bekal yang dibawa sebagai tanda. Jokja berjalan sampai di sungai
syunggwat meninggalkan daun gatal, dan
merelakan anak perempuannya kawin dengan jokjar (batu berurat). Kemudian Jokja berjalan mengikuti
kali kwoor menuju pantai, dan sampai di pertengahan kali kwoor dekat gunung Tubouw
menancapkan tongkat diatas gunung tubouw dan meninggal sagu, setelah itu
berjalan mengikuti pinggiran gunung tubouw dan menemukan sungai syukjo (kali
Wajarik) dan mengikuti pingnggiran sungai kemudian menemukan sungai syunggas
dan berjalan menyusuri sampai ke kepala air syunggas dan naik keatas gunung
tosem (Gaibo) kemudian memandang ke
pantai disana Jokja melihat suasana lautan yang luas, bersih dan rata,
tiba-tiba terdengar anjingnya menggonggong seekor lao-lao, Jokja kembali dan
mengejar mengikuti anjingnya sampai ke kepala air sungai syunggak ternyata
kehilangan arah lalu Jokja kembali mengikuti pingiran sungai syunggak namun
belum menemukan pantai sehingga kembali lagi mengikuti pinggiran sungai
syunggak sampai di pertengahan dan naik mengikuti gunung joko, di sana ia
melihat ke pantai ternyata menemukan lautan disitu dia meninggalkan batu gosok,
kemudian mengikuti pinggiran sungai syunjouw sampai ke muara syunjouw dan
menemukan pantai. Pada saat sampai di pantai ternyata air laut masih air pasang
(air penuh) sehingga ia menunggu dan memandang kembali ke gunung tidak lama kemudian air laut sudat surut (air meti) dan disitulah
batu rumah menganggap bahwa tempat inilah yang di maksudkan oleh kakaknya
waisirek bahwa inilah tikar merah
perempuan yesa yang di janjikan oleh kakaknya waisikek kemudian batu rumah
berjalan ke laut tempat kering dan duduk disitu sesuai janji kakanya waisikek
dan menetap hingga sekarang.
Setelah
menetap di pantai pada malam hari datang seekor penyu yang mau bertelur dan
dilihat oleh batu rumah ternyata mahkluk ini belum pernah di lihat dan
bentuknya sungguh mengherankan dan pada saat penyu bertelur batu rumah mengitu
proses itu hingga selesai dan penyu itu pergi kemudian batu rumah menjaga telur
itu hingga menetas dan penyu kembali kelaut. Datang musim berikikutnya batu
rumah melihat penyu itu datang lagi dan batu rumah menjelaskan kepada penyu
bahwa engkau adalah dewa laut dan aku akan bersahabat dengan engkau dan semua
telur yang engkau tinggalkan di tempat ini akan ku jaga sampai menetas. Dan
disinilah jalinan persahabat antara batu rumah dan penyu belimbing sehingga
tempat itu menjadi pilihan peneluran penyu yang terjalin hingga saat ini.
Persahabat
mitos ini terus terjalin dan akrap sekali, namun suatu ketika penyu itu datang
bertelur dan telurnya di makan oleh anjing piaraan batu rumah maka penyu belimbing marah dan tidak kembali ke pantai jamusba
medi dan pergi bertelur di warmon akhirnya batu rumah merasa kehilangan sahabat
yang dianggap dewa itu, akhirnya batu rumah meminta pertolongan kepada kakaknya
dengan menyuruh anjing-anjingnya untuk bertemu kakanya meminta pertolongan,
maka kakaknya melakukan pemanggilan yang di lakukan secara adat dengan dansa
srar selama satu malam dengan ungkapan nyanyian alam kemudian menyuruh
anjing-anjingnya kembali menyampaikan kepada batu rumah untuk memanggil penyu
dengan cara menyeka daun kelapa di atas kulit air sambil menyanyi nyayian alam
sambil memanggil penyu. Setelah menjelang hari mulai malam tiba-tiba penyu
belimbing kembali mendarat kedarat untuk bertelur dan melalui kesempatan itu
batu rumah meminta maaf kepada penyu dan berjanji tidak akan menyakiti penyu
dengan komitmen bahwa batu rumah akan menjadi panjaga kawasan dan tempat
peneluran penyu. Dari peristiwa ini batu rumah terus menetap di pantai jamusba
medi sebagai penjaga penyu mulai dari peneluran sampai pada penetasannya dan
menjaga selama penyu mulai menjadi bayi dan melepaskannya untuk hidup
mengarungi lautan. Komitmen ini di kemudian diterima oleh penyu dan mereka
bersahabat dan saling melindungi dan batu rumah terus menjadi penjaga sarang, telur dan tukiknya penyu belimbing seumur
hidup, dan rumah menetap
hingga sekarang duduk diatas air laut tempat peneluran
penyu belimbing dan 4 jenis penyu lainnya.
